Monday, October 25, 2010

Pelajaran Moral Luarbiasa Dari Seorang Pengayuh Becak (True Story)


www.AstroDigi.com

Menujuhijau.blogspot.com | Rabu, 13 Oktober 2010 | Tak perlu menggembar-gemborkan sudah berapa banyak kita menyumbang orang karena mungkin belum sepadan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Bai Fang Li. Kebanyakan dari kita menyumbang kalau sudah kelebihan uang. Jika hidup pas-pasan keinginan menyumbang hampir tak ada.

Bai Fang Li berbeda. Ia menjalani hidup sebagai tukang becak. Hidupnya sederhana karena memang hanya tukang becak. Namun semangatnya tinggi. Pergi pagi pulang malam mengayuh becak mencari penumpang yang bersedia menggunakan jasanya. Ia tinggal di gubuk sederhana di Tianjin, China.

www.AstroDigi.com

Ia hampir tak pernah beli makanan karena makanan ia dapatkan dengan cara memulung sisa-sisa makanan. Begitupun pakaiannya. Apakah hasil membecaknya tak cukup untuk membeli makanan dan pakaian? Pendapatannya cukup memadai dan sebenarnya bisa membuatnya hidup lebih layak. Namun ia lebih memilih menggunakan uang hasil jerih payahnya untuk menyumbang yayasan yatim piatu yang mengasuh 300-an anak tak mampu.

Tersentuh

Bai Fang Li mulai tersentuh untuk menyumbang yayasan itu ketika usianya menginjak 74 tahun. Saat itu ia tak sengaja melihat seorang anak usia 6 tahunan yang sedang menawarkan jasa untuk membantu ibu-ibu mengangkat belanjaannya di pasar. Usai mengangkat barang belanjaan, ia mendapat upah dari para ibu yang tertolong jasanya.

Namun yang membuat Bai Fang Li heran, si anak memungut makanan di tempat sampah untuk makannya. Padahal ia bisa membeli makanan layak untuk mengisi perutnya. Ketika ia tanya, ternyata si anak tak mau mengganggu uang hasil jerih payahnya itu untuk membeli makan. Ia gunakan uang itu untuk makan kedua adiknya yang berusia 3 dan 4 tahun di gubuk di mana mereka tinggal. Mereka hidup bertiga sebagai pemulung dan orangtuanya entah di mana.

Bai Fang Li yang berkesempatan mengantar anak itu ke tempat tinggalnya tersentuh. Setelah itu ia membawa ketiga anak itu ke yayasan yatim piatu di mana di sana ada ratusan anak yang diasuh. Sejak itu Bai Fang Li mengikuti cara si anak, tak menggunakan uang hasil mengayuh becaknya untuk kehidupan sehari-hari melainkan disumbangkan untuk yayasan yatim piatu tersebut.

Tubuh rentanya tak menghalanginya untuk mewujudkan niat mulianya. Ia justru makin bersemangat mengayuh becaknya setelah ia memiliki tujuan untuk menolong. Empat musim yang berat ia lalui dengan tabah. Hujan, panas, angin kencang, dan salju yang menusuk tulang mampu ditaklukan oleh tubuh kurus dan renta Bai Fang Li. Sebuah gambaran semangat yang sangat luar biasa.

Tak Menuntut Apapun

Bai Fang Li memulai menyumbang yayasan itu pada tahun 1986. Ia tak pernah menuntut apa-apa dari yayasan tersebut. Ia tak tahu pula siapa saja anak yang mendapatkan manfaat dari uang sumbangannya. Pada tahun 2001 usianya mencapai 91 tahun. Ia datang ke yayasan itu dengan ringkih. Ia bilang pada pengurus yayasan kalau ia sudah tak sanggup lagi mengayuh becak karena kesehatannya memburuk. Saat itu ia membawa sumbangan terakhir sebanyak 500 yuan atau setara dengan Rp 675.000.

Dengan uang sumbangan terakhir itu, total ia sudah menyumbang 350.000 yuan atau setara dengan Rp 472,5 juta. Anaknya, Bai Jin Feng, baru tahu kalau selama ini ayahnya menyumbang ke yayasan tersebut. Tahun 2005, Bai Fang Li meninggal setelah terserang sakit kanker paru-paru.

www.AstroDigi.com

Melihat semangatnya untuk menyumbang, Bai Fang Li memang orang yang luar biasa. Ia hidup tanpa pamrih dengan menolong anak-anak yang tak beruntung. Meski hidup dari mengayuh becak (jika diukur jarak mengayuh becaknya sama dengan 18 kali keliling bumi), ia punya kepedulian yang tinggi yang tak terperikan.

www.AstroDigi.com

www.AstroDigi.com (Nino Guevara Ruwano)

Comments :

4 comments to “Pelajaran Moral Luarbiasa Dari Seorang Pengayuh Becak (True Story)”

Setujuuuuu, ceritanya touching bgt..

Nonik said...
on 

Thanks comment nya ya :)

Disini kita bisa membaca berita tentang bagaimana pejabat bergaji besar, yang jangankan berpikiran untuk melakukan hal yang setara dengan Bai Fang Li. Untuk membeli mesin cuci, laptop, atau ganti mobil saja harus menggunakan uang rakyat.

Cerita ini seperti sebuah terguran keras bagi diri kita, contoh sebuah pengabdian dan cinta kasih yang mendalam dari seorang lansia yang umumnya sudah beristirahat dan hanya menunggu datangnya ajal.

Sebuah hidup yang sangat berharga . . . Selamat Jalan Bai Fang Li . . surga telah menantimu disana

NINO said...
on 

ceritanya mengharukan...ijin share ya...terima kasih

Anonymous said...
on 

oakley sunglasses cheap, moncler, cheap sunglasses, ray ban, moncler outlet, ralph lauren, oakley sunglasses outlet, canada goose, louboutin, oakley sunglasses outlet, cheap oakley sunglasses, oakley sunglasses cheap, oakley vault, moncler, ugg, cheap sunglasses, cheap sunglasses, ugg boots, oakley vault, cheap oakley sunglasses, moncler, cheap oakley sunglasses, oakley vault, oakley outlet, oakley sunglasses outlet, cheap sunglasses, oakley sunglasses cheap, tn pas cher, oakley sunglasses outlet, oakley vault, ugg boots, oakley outlet, canada goose, oakley sunglasses cheap, gucci, canada goose, oakley vault, canada goose outlet, canada goose, canada goose outlet, cheap oakley sunglasses, cheap oakley sunglasses, oakley outlet, oakley sunglasses cheap, oakley, cheap sunglasses, oakley sunglasses outlet, oakley outlet

oakleyses said...
on 

Post a Comment