Sunday, February 7, 2016

Bob Wieland, Veteran Perang Dengan Determinasi Luarbiasa

www.AstroDigi.com AstroDigi.com | Minggu, 7 Feb 2016 | Dalam perang di Vietnam yang berkepanjangan, banyak prajurit wajib militer Amerika yang harus pulang dari Vietnam dalam keadaan sakit parah, cacat permanen, atau bahkan sampai meninggal dunia. Keputusan Amerika untuk terlibat dalam konflik di Vietnam memang menguntungkan negara tersebut dari sisi bisnis persenjataan, namun disisi lain juga sangat merugikan bagi masyarakat Amerika, karena peperangan ini menelan banyak korban.

Salah satu prajurit Amerika yang menemui nasib naas pada saat bertugas di medan perang Vietnam adalah Bob Wieland. Ia harus pulang ke kampung halamannya dalam kondisi cacat permanen. Wieland harus kehilangan kedua kakinya, akibat menginjak ranjau darat, saat sedang melakukan patroli pada tahun 1969 di wilayah pertikaian.
www.AstroDigi.com www.AstroDigi.com www.AstroDigi.com www.AstroDigi.com www.AstroDigi.com www.AstroDigi.com
Pada masa sebelum mengalami kecelakaan Wieland adalah seorang atlet baseball berbakat. Dengan ketrampilannya dalam bermain baseball, klub baseball Philadelphia Phillies sampai tertarik untuk mengontraknya untuk memperkuat skuad baseball mereka.

Dalam masa penantian akan datangnya kesepakatan kontrak, Wieland telah terlanjur mengambil keputusan untuk bergabung dalam militer angkatan darat Amerika, sebagai petugas medis untuk menangani pengobatan di wilayah pertempuran Vietnam.

Saat berupaya menolong korban di tengah-tengah sengitnya kancah peperangan, Wieland menginjak ranjau yang ditujukan untuk menghancurkan tank. Bob Wieland dinyatakan meninggal dalam ledakan tersebut dan dibawa ke rumah sakit dalam kantung mayat, namun entah mukzizat apa yang datang kepadanya, setengah jam kemudian ia siuman dan petugas mengeluarkannya dari kantung mayat dan menyelamatkannya.

Namun dahsyatnya ledakan ranjau telah meluluh lantakkan kakinya, sehingga pihak rumah sakit yang merawatnya terpaksa harus mengamputasi kedua kakinya hingga sebatas paha. Sungguh peristiwa yang naas dan tragis. Wieland berkata, "My legs went one direction, my life another" , bila diterjemahkan secara bebas maksud dari perkataannya adalah, “kedua kakiku melangkah ke satu tujuan, hidupku melangkah ke arah lainnya”

Dari Vietnam, Wieland menuliskan surat kepada kedua orangtuanya yang isinya sebagai berikut:
June 14, 1969
Dear Mom and Dad.
I'm in the hospital. Everything is going to be O.K. The people here are taking good care of me.
Love, Bob.
P.S. I think I lost my legs
------------------
(yang tercinta ibu dan ayah, aku saat ini di rumah sakit. Segalanya berlangsung dengan baik. Orang-orang disini merawatku dengan baik. Love (dengan cinta), Bob. PS: aku rasa aku kehilangan kedua kakiku)

Bob Weiland kemudian dipulangkan ke Amerika, bersama dengan rombongan prajurit yang cacat dan terluka lainnya. Setelah pulih dari cedera yang dialaminya, Wieland memutuskan untuk turut serta dalam ajang perlombaan lari marathon, dengan tujuan untuk menggalang dana bagi para anggota cacat veteran perang Vietnam, yang mengalami nasib naas seperti dirinya.

Sampai tahun 2003 Wieland telah menyelesaikan 7 lomba marathon di berbagai wilayah di seantero Amerika. Lomba pertama yang diikutinya adalah marathon “New York City Marathon” yang terselenggara pada bulan November 1986. Untuk menyelesaikan marathon sejauh 42 km dengan menggunakan kedua tangannya, Wieland membutuhkan waktu 5 hari lamanya.

Pengalaman pertama dalam mengikuti marathon adalah pengalaman yang terberat bagi Wieland. Ia sempat hampir menyerah akibat luka-luka yang dialami pada kedua tangannya. Namun akhirnya dengan tangan yang berlumuran darah, Wieland mampu menyelesaikan lomba hingga garis finish, dengan diiringai derai tangis haru dan tepuk tangan penonton yang kagum pada determinasinya.

Bayangkan saja, untuk menyelesaikan lomba marathon dengan jarak yang sedemikian jauh, Wieland yang cacat, hanya mampu menyelesaikan 10 km dari trek marathon dengan kedua tangannya. Pada marathon pertama yang diikutinya, memasuki hari kelima tangan Wieland sudah terluka dan berdarah-darah saat 100 meter mendekati garis finish. Wieland terkulai lemah karena kelelahan dan kesakitan.

Dalam keadaan seperti itu, ia berbaring di aspal dan memejamkan matanya, pikirannya mulai berperang, antara menyelesaikan lomba atau mengakhiri lomba tanpa menyelesaikan sampai garis finish, karena siapapun akan maklum dengan kekurangan yang dimilkinya, sehingga mengakhiri lomba 100 meter sebelum garis finish pun akan dianggap sebagai sebuah pencapaian yang luar biasa.

Ada sebagian penonton yang menginginkan Wieland mengakhiri lomba, agar tidak terjadi hal yang fatal pada fisik Bob, namun ada juga penonton yang menginginkan Wieland menyelesaikan lomba, karena jarak dengan garis finish sudah sedemikian dekat, dan menyelesaikan lomba marathon adalah cita-cita sesungguhnya dari seorang Bob Wieland.

Ditengah kebimbangan diri Wieland dan juga hiruk pikuk yang menyuarakan kebimbangan penonton, Wieland mulai memfokuskan pada suara hatinya yang menyemangatinya untuk menyelesaikan lomba, ia memfokuskan diri kepada suara-suara penonton yang menyorakinya untuk menyelesaikan lomba. Wieland bangkit, dan dengan perlahan namun pasti ia mampu melewati garis finish dan menyelesaikan lomba.

Kepada wartawan yang mewawancarainya kemudian Wieland berkata:”rasa sakit dan pedih menyelimuti sekujur tubuhku, namun rasa sakit yang sesungguhnya adalah pada saat aku mulai berpaling dari garis finish”, ia kemudian melanjutkan, “jadi aku mulai bangkit dan fokus kepada tujuanku, tidak masalah berapa lama anda menyelesaikan lomba, namun anda akan gagal pada saat anda berhenti untuk mencoba menyelesaikan apa yang telah anda cita-citakan”

Wieland kemudian masih turut berkompetisi Di Los Angeles Marathon pada tahun 1987, 1988 dan mengulangi kembali di tahun 2003. Luar biasa! Wieland juga ikut serta dalam Marine Corps Marathon pada tahun 1989. Dan yang paling dahsyat adalah ia juga membuktikan bahwa dirinya mampu menyelesaikan tantangan pada lomba terberat di dunia pada Ironman World Championship yang diadakan di  Hawaii pada tahun 1988.

Wieland mencatatkan dirinya di Guiness World Record sebagai satu-satunya manusia yang mampu menyelesaikan marathon tanpa kedua kaki dan tanpa bantuan kursi roda. Keberhasilannya juga membuatnya diundang dalam berbagai kesempatan untuk memberikan inspirasi dan motivasi.

Wieland juga sempat mendaftarkan dirinya untuk berkuliah di California State University, di Los Angeles dengan memilih disiplin ilmu pendidikan. Setelah menyelesaikan kuliahnya Weiland kemudian berprofesi sebagai pendidik dan trainer psikologi bagi team American Football (sepakbola ala Amerika, yang juga populer disebut Rugby) bernama Green Bay Packers.

Wieland juga hadir sebagai aktor pendukung pada film serial Sonny Spoon pada masa putar tahun 1988 sampai tahun 1990. Wieland juga sukses dalam cabang angkat berat, ia adalah lifter penyandang disabilitas yang memegang 4 rekor bench press bagi penyandang disabilitas pada tahun 1977 sampai 1981, sebelum ia terjun  di kompetisi marathon.

Prestasi Wieland mampu menjadi inspirasi dan motivasi bagi jutaan orang, semangatnya yang pantang menyerah benar-benar sesuatu yang sangat luar biasa. Dalam satu  kesempatan ia berkata, “I lost my legs, but I didn’t lose my heart” (aku kehilangan kedua kakiku, namun aku tidak kehilangan hatiku), dan di kesempatan lain ia melanjutkan, “A lot of people have legs, but too many people have lost their hearts.” (banyak orang yang mempunyai kaki namun mereka kehilangan hati mereka).

 www.AstroDigi.com (Nino Guevara Ruwano)

Comments :

0 comments to “Bob Wieland, Veteran Perang Dengan Determinasi Luarbiasa”


Post a Comment