TEMPOInteraktif.com | Selasa, 27 Sep 2011 | Rute sepanjang 3.000 kilometer antara Darwin dan Adelaide, Australia, akan menjadi ajang pertarungan mobil tenaga surya tercepat di dunia. Medan yang berat dan berdebu itu harus dilalui hanya dengan mengandalkan teriknya cahaya matahari.
Kompetisi Veolia World Solar Challenge (WSC) 2011, yang berlangsung selama sepekan, 16-23 Oktober 2011, diikuti 42 tim dari 21 negara. Salah satu tim yang paling antusias dalam lomba ini adalah tim Nuon Solar dari TU Delft Belanda, yang berupaya merebut kembali gelar juara pertama dari tim Tokai University, Jepang.
Sebagai penantang, tim yang telah menjadi juara sebanyak empat kali dari lima lomba terakhir itu membawa mobil terbaru mereka, Nuna6. Mobil ini adalah kendaraan teringan yang pernah mereka buat. Beratnya hanya 145 kilogram, nyaris separuh bobot Nuna model pertama pada 2001. Mobil berwarna biru dan putih itu juga merupakan mobil terkecil dalam keluarga Nuna, dengan panjang 444 sentimeter.
Tim Nuon Solar, yang beranggotakan 13 mahasiswa TU Delft, bertekad merebut kembali gelar juara yang lepas pada 2009. Dua tahun lalu, Nuna5, yang berbobot 160 kilogram dan punya kecepatan rata-rata 91,9 kilometer per jam, kalah cepat mencapai finis dari tim Jepang yang didukung Kenjiro Shinozuka, pereli Paris-Dakkar.
Dengan Nuna6, tim Nuon yakin dapat merebut kembali medali emas yang "dirampas" oleh tim Tokai Challenger. Selain lebih ringan 15 kilogram dibanding pendahulunya, Nuna6 dilengkapi sebuah komputer yang mengendalikan seluruh kendaraan.
Meski demikian, Nuna6 tetap dirancang dengan filosofi yang sama dengan para pendahulunya, Nuna1 hingga Nuna5. Perpaduan antara aerodinamika dan struktur ringan terbukti merupakan formula yang membawa tim Nuon Solar meraih posisi puncak dalam empat kali kompetisi sebelumnya.
"Tantangan terbesarnya adalah membuat mobil tenaga surya yang semakin efisien," kata tim Nuon. "Karena jumlah energi yang tersedia dibatasi oleh peraturan, desain Nuna6 difokuskan pada konsumsi serendah mungkin."
Tingkat kebutuhan energi mobil tenaga surya amat dipengaruhi gaya gesek dan resistensi traktif. Sekitar 70 persen dari total kebutuhan energi mobil ditentukan oleh gaya gesek atau resistensi aerodinamika.
Untuk mengoptimalkan desain aerodinamika Nuna6, tim mengaplikasikan sejumlah program komputer dan pengujian di terowongan angin. Pengujian aerodinamika Nuna6 di Marknesse, fasilitas terowongan angin terbesar di Eropa, menunjukkan adanya peningkatan besar.
"Tes itu menunjukkan bahwa dengan bentuk barunya, mobil itu mempunyai gaya geser 10 persen lebih rendah dibanding generasi sebelumnya. "Pada 2009, para desainer menganggap konsep Nuna telah mencapai batas resistensi angin," kata Nadine Rodewijk, juru bicara tim Nuon Solar.
Adapun untuk mengakali resistensi traktif mobil itu, ketiga roda Nuna6 memakai ban yang dibuat khusus untuk mobil surya sehingga amat ringan. Badan mobil juga dibuat dari serat karbon yang membuatnya ringan sekaligus sangat kuat.
"Resistensi gaya tariknya jauh lebih rendah daripada mobil normal," kata tim Nuon. "Resistensi udaranya 10 kali lebih kecil."
Karakteristik aerodinamika yang sempurna, kata Pier van Zonneveld, yang menjadi kepala tim Nuon Solar, sangat penting dalam menentukan keberhasilan Nuna6.
"Ini bukan masalah meminimalkan resistensi udara. Kami juga harus memastikan aliran udara di sekitar mobil menyebabkan turbulensi sekecil mungkin sehingga mobil semakin mudah dikendalikan."
Konsep aerodinamika Nuna itu telah terbukti dan banyak ditiru oleh banyak pesaingnya.
Selain mengedepankan aerodinamika Nuna6, tim mahasiswa dari TU Delft tersebut memperhatikan detail efisiensi panel surya dan elektronika mobil itu. "Namun yang terpenting adalah kerja sama tim," kata mahasiswa desain industri itu. "Dorongan ekstra lainnya adalah adanya semangat untuk merebut kembali trofi yang telah menjadi milik tim kami selama lebih dari 8 tahun."
Namun tim Nuon Solar harus berjuang keras untuk memboyong kembali medali emas ke kampus mereka di Delft. Walau Jepang baru saja tertimpa bencana tsunami dan meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir, tim Tokai University telah menyiapkan teknologi mobil tenaga surya baru yang mendukung eksplorasi pembangkit listrik tenaga surya di masa depan.
"Kami menggunakan sel surya silikon kristalin tunggal unik yang dipakai menggantikan sel surya "space grade" pada mobil surya," kata tim Tokai Challenger. "Kami tetap mempertahankan konsep desain mobil surya yang menjadi juara dalam WSC 2009, tapi meningkatkan efisiensinya."
Tak hanya mempertahankan kerangka badan mobil yang ringan, tim asal Jepang itu juga menggunakan baterai Li-ion berkapasitas besar dan motor dengan efisiensi tinggi.
Di luar persaingan ketat tersebut, World Solar Challenge adalah kompetisi untuk memberi inspirasi kepada generasi muda yang akan menjadi ujung tombak dalam mengembangkan teknologi hijau yang lestari.
"Ini adalah kesaksian dari petualangan, kepandaian, dan keberanian, serta pameran dari peluang yang dihasilkan oleh tenaga alam dan dikombinasikan dengan upaya manusia," kata Mark Warren, CEO South Australian Motor Sports Board.
www.AstroDigi.com (Nino Guevara Ruwano)
AllBlogToolsFacebook comments for blogger brought to you by AllBlogTools.com , Get Yours?
Comments :
0 comments to “World Solar Challenge, Ajang Balap Mobil Tenaga Sinar Matahari”
Post a Comment