Friday, March 5, 2010

Universitas Online Dengan Biaya Terjangkau? Why Not!


www.AstroDigi.com

Inilah.com | 20 September 2009 | Menuntut ilmu tak melulu harus dengan dosen yang menuturkan isi buku pada mahasiswa. Sekolah online menjadi alternatif baru mereka yang tak ingin repot menghadiri sesi kuliah. Mahasiswa Indonesia pun keranjingan dengan universitas online. Seperti apa?


www.AstroDigi.com

Lihat contohnya di University of the People, sebuah sekolah nonprofit berbasis di California yang diprakarsai oleh pengusaha Israel, Shai Reshef. Ia mendirikan sekolah itu untuk memberikan pendidikan tinggi bagi mereka yang tidak memiliki akses.


“Misi kami untuk mengubah hidup seseorang,” kata Reshef yang juga ketua Cramster.com, komunitas belajar online bagi mahasiswa. Saat semua mahasiswa kembali ke kampus, 178 siswa dari 49 negara akan menghidupkan komputernya di kampus virtual pertama dunia ini.

www.AstroDigi.com

Sekolah itu dimulai pada 1989 silam, saat Reshef menjabat sebagai kepala Kidum Group, sebuah perusahaan jasa pendidikan yang berbasis di Israel. Pada 2005, perusahaan itu dijual pada Kaplan, salah satu pemain besar dalam persiapan ujian.

www.AstroDigi.com

"Kami ingin menyediakan alternatif bagi mereka yang tidak punya pilihan lain," kata Reshef yang juga memimpin universitas online yang berafiliasi dengan University of Liverpool. Ternyata banyak yang berminat belajar di sekolah ini.

www.AstroDigi.com

Saat baru dimulai, hampir 2.000 orang dari 142 negara mendaftar. Syaratnya mudah, siswa harus memiliki ijazah sekolah menengah atas, bisa berbahasa Inggris dan membayar biaya pendaftaran mulai dari US$ 15-50 atau sekitar Rp 150-500 ribuan per orang.

Biaya pendidikan menggunakan subsidi silang. Siswa yang berasal dari negara miskin membayar lebih sedikit, ketimbang siswa dari negara kaya. Mahasiswa baru tahun ini berusia antara 16-61 tahun dan yang paling banyak mendaftar dari Indonesia, AS, serta Nigeria.

Agar lembaga online-nya itu bisa terus berjalan, Reshef membutuhkan 15 ribu mahasiswa selama empat tahun ke depan dan dana sebesar US$ 6 juta. Ia sendiri sudah merogoh koceknya dan menyumbang sebesar US$ 1 juta. Jangan ragukan kemampuannya, University of the People terbukti sanggup merekrut mahasiswa.

"Namun tantangan berikutnya yang dihadapinya adalah kualitas lulusannya. Salah satu masalah utama dengan universitas online adalah penerimaan kerja," lanjutnya.

Sekolah itu menawarkan sarjana di bidang Administrasi Bisnis dan Ilmu Komputer. Kurikulum terdiri dari sekitar 40 mata kuliah yang akan membutuhkan waktu antara empat sampai enam tahun untuk menyelesaikannya.

University of the People memanfatkan kegiatan yang sudah dilakukan oleh jutaan orang di internet sehari-hari yaitu jejaring sosial. Siswa dapat mengambil bahan pelajaran dari posting bacaan dan materi kuliah dan bacaan dari tempat penyimpanan online yang telah dibuat oleh staf relawan dan pensiunan dosen kampus itu.

Materi bahan pelajaran gratis juga didapat dari platform lain seperti konsorsium Open Courseware yang menyediakan akses terbuka ke silabus, catatan kuliah, ujian dan daftar bacaan dari 1.800 kelas yang ditawarkan di MIT. Universitas juga akan menggunakan bahan dari Yale University.

Setelah siswa menyelesaikan pekerjaan rumah, mereka diwajibkan berkomunikasi dengan teman sekelas untuk mendiskusikan kurikulum dalam sepekan. Para pengajar hanya mengawasi diskusi ini, bukan memimpin. Pengecualian bila ternyata ada siswa yang membutuhkan bantuan khusus.

“Kami percaya jejaring sosial yang kami buat di sekeliling program, akan berfungsi sebagai semen untuk menjaga siswa satu dan lainnya tetap mengikuti program kami,” kata Reshef. “Kami menyesuaikan budaya yang ada dan memasukannya ke dalam budaya akademik.”

Tapi para ahli pendidikan online masih mempertanyakan apakah University of the People bisa diakreditasi. Untuk memperoleh akreditasi, sebuah perguruan tinggi harus membuktikan dapat memenuhi sejumlah jaminan kualitas yang ditetapkan oleh badan akreditasi, termasuk luas dan kedalaman pengajaran, serta hasil ujian siswa.

Reshef mengatakan universitas akan mengajukan akreditasi kepada sebuah agensi di AS, tetapi menolak membicarakan lebih lanjut rencana yang akan dilakukan. “Kami tidak mau membuat janji-janji,” katanya.

John Bourne, Executive Director dari Sloan Consortium, percaya bahwa University of the People akan mengalami permasalahan. “Dapatkan anda mengakreditasi sesuatu di mana siswanya mempelajari sendiri materi yang diajarkan?” imbuhnya.

www.AstroDigi.com (Nino Guevara Ruwano)

Comments :

1

nama universitasnya apa bro.........aq sangat tertarik untuk mengikutinya..............

Anonymous said...
on 

Post a Comment